Student Center SMK IKIFA

Loading...

Register

Kesehatan - 22 November 2022

Apa Itu Bell’s Palsy, Bagaimana Cara Penanganannya?

Apa itu Bell’s Palsy?

Bell’s palsy adalah kelumpuhan pada salah satu sisi otot wajah sehingga salah satu sisi wajah tampak melorot. Bell’s palsy terjadi secara tiba-tiba, tetapi biasanya tidak bersifat permanen.

(Gambar 1) Ilustrasi kondisi penderita penyakit Bell’s Palsy

Tanda-tanda dan gejala Bell’s palsy

(Gambar 2) Ilustrasi gejala yang dialami.

Gejala penyakit ini biasanya muncul secara mendadak dan dapat membaik dalam beberapa minggu, dengan pemulihan total sekitar 6 bulan. Gejala utama dan paling khas dari Bell’s palsy adalah kelumpuhan saraf pada satu sisi wajah yang terjadi secara mendadak. Kelumpuhan saraf ini membuat wajah dan bibir jadi tidak simetris, alias mencong, mirip dengan gejala stroke.

beberapa gejala paling umum dari Bell’s palsy adalah:

  1. Kulit wajah tampak “melorot” di satu atau kedua sisi wajah.
  2. Mengeluarkan air liur.
  3. Sensitif terhadap suara.
  4. Nyeri pada rahang atau di belakang telinga.
  5. Sakit kepala.
  6. Berkurangnya kemampuan indera perasa.
  7. Kesulitan menunjukkan ekspresi pada wajah dan bahkan kesulitan menutup mata atau tersenyum.
  8. Lumpuh total pada salah satu sisi wajah. Umumnya, gejala dapat berlangsung selama beberapa jam, atau mungkin bahkan beberapa hari.

Penyebab Bell’s Palsy yang Perlu Diwaspadai

para ahli menyebut bell’s palsy disebabkan kerusakan saraf wajah, tepatnya saraf kranial ketujuh. Kerusakan saraf ini menyebabkan peradangan yang memengaruhi saraf yang mengendalikan beberapa bagian wajah seperti bagian mata, air liur, indra perasa, sampai ke dekat telinga.

Beberapa faktor risiko yang bisa jadi penyebab bell’s palsy di antaranya:

  1. Diabetes
  2. Tekanan darah tinggi
  3. Cedera di wajah
  4. Keracunan
  5. Penyakit Lyme
  6. Sindrom Guillain-Barré
  7. Sarkoidosis
  8. Myasthenia gravis
  9. Multiple sclerosis
  10. Infeksi virus seperti herpes simplex, herpes zoster, mononukleosis, flu, meningitis
(Gambar 3) Perbedaan kondisi wajah orang yang normal dengan penderita Bell’s Palsy.

Faktor risiko Bell’s Palsy

Orang yang mengidap migrain mungkin berisiko lebih tinggi terkena Bell’s Palsy.

Serangan berulang dari Bell’s palsy jarang terjadi. Namun, dalam beberapa kasus, ada riwayat keluarga dengan serangan berulang, menunjukkan kemungkinan Bell’s palsy memiliki kecenderungan genetik.

Selain itu, Bell’s Palsy lebih sering terjadi pada:

  • Orang berusia 15-60 tahun.
  • Mereka yang mengidap diabetes atau penyakit pernapasan bagian atas.
  • Wanita hamil, terutama pada trimester ketiga.
  • Memiliki infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau pilek.

Diagnosis Bell’s Palsy

Pengobatan akan lebih efektif bila diberikan lebih awal. Karena itu, pengidap dianjurkan untuk mengunjungi dokter segera setelah mengalami gejala.

Mendiagnosis Bell’s Palsy seperti proses eliminasi. Dokter akan mencari kondisi lain yang menyebabkan kelumpuhan wajah, seperti tumor, penyakit Lyme, atau stroke. Dokter akan melakukan pemeriksaan pada kepala, leher dan telinga pengidap. Dokter juga akan menilai otot-otot wajah untuk menentukan apakah ada saraf lain selain saraf wajah yang terpengaruh.

Komplikasi Bell’s Palsy

Bell’s Palsy merupakan salah satu penyakit yang bisa disembuhkan atau tidak permanen, namun biasanya penderita penyakit ini tidak bisa menutup mata mereka pada sisi wajah yang terkena. Itulah pentingnya untuk mencegah mata kering di malam hari atau saat bekerja di depan komputer.

Pengobatan Bell’s Palsy

Jika penyebab spesifik Bell’s palsy dapat diidentifikasi, seperti infeksi, penyebab tersebut akan diobati. Jika tidak, gejala dirawat sesuai kebutuhan

Salah satu perawatan yang direkomendasikan untuk Bell’s palsy yaitu melindungi mata dari kekeringan di malam hari atau saat bekerja di depan layar komputer. Perawatan mata termasuk obat tetes mata di siang hari, salep sebelum tidur, atau menjaga kelembaban ruangan di malam hari. Perawatan ini membantu melindungi kornea agar tidak tergores, yang sangat penting untuk pengelolaan Bell’s palsy. Dokter mungkin juga akan meresepkan perawatan lain untuk kondisi pengidap berdasarkan tingkat keparahan gejala dan riwayat kesehatan. Pilihan pengobatan lainnya termasuk:

  1. Steroid untuk mengurangi peradangan.
  2. Obat antivirus, seperti asiklovir.
  3. Analgesik untuk menghilangkan rasa sakit.
  4. Terapi fisik untuk merangsang saraf wajah.

Pencegahan Bell’s Palsy

  1. Mengontrol penyakit yang dapat menyebabkan Bell’s palsy, seperti diabetes dan hipertensi.
  2. Menghindari paparan udara dingin yang berlebihan.
  3. Menurunkan berat badan atau menjaga berat badan agar tetap ideal.
  4. Melakukan pemeriksaan secara rutin.
  5. Menjalankan pola hidup yang teratur dan sehat.

Kapan harus konsultasi ke dokter?

Segera temui dokter bila mengalami gejala-gejala di atas untuk mendapatkan pertolongan medis. Karna lebih cepat penanganan, maka akan lebih besar peluang penyakit Bell’s Palsy bisa sembuh.

Sumber : GridHealth