Review Serial Gadis Kretek
Sinopsis Serial Gadis Kretek
Lebas (Arya Saloka) setia menemani ayahnya, Soeraja (Ario Bayu) yang dirawat di rumah sakit. Keluarga besar Labas merupakan pemilik bisnis besar kretek Djagad Raja sejak zaman pascapenjajahan Belanda.
Saat kondisi Soeraja lemas, ia terbangun dan meneriakkan nama Jeng Yah beberapa kali sampai membuat Lebas bingung. Karena Lebas anak terakhir, ia sering diremehkan oleh saudara-saudara kandungnya. Oleh karena itu, saat Lebas menceritakan kejadian ayahnya kepada saudaranya, justru mereka malah mengacuhkannya.
Lebas akhirnya berusaha untuk mencari sosok Jeng Yah yang misterius tersebut. Momen ini membawa ke setting waktu masa lalu ketika industri kretek di kota M telah dikuasai oleh juragan Idrus Muria (Rukman Rosadi).
Juragan Idrus memiliki dua anak perempuan, yaitu Dasiyah (Dian Sastrowardoyo) dan Rukayah (Tissa Biani). Dasiyah yang merupakan putri sulung tak kunjung menemukan jodoh.
Tetapi nasib tersebut justru membawa Dasiyah memilki bisnis kretek sukses milik sang ayah. Alasannya karena Dasiyah memang mahir dalam menentukan tembakau terbaik dan memiliki ambisi menciptakan saus kretek terbaik.
Tetapi niat Dasiyah atau Jeng Yah sirna karena pada zaman tersebut perempuan dianggap sebelah mata oleh laki-laki. Meski lintingan rokok Dasiyah menjadi favorit ayahnya, namun berbeda dengan orang lain yang masih belum mempercayai kemampuan meracik saus milik Dasiyah.
Pada suatu hari, ayah Dasiyah membawa seseorang pemuda yang bernama Soeraja untuk ikut bekerja di perusahaannya. Soeraja memiliki kemampuan diri yang tangkas serta cepat belajar, hal inilah yang membuat Dasiyah menyimpan perasaan kepada Soeraja.
Kemudian Soeraja dikenalkan dengan saus kretek racikan Dasiyah. Racikan Dasiyah tersebut mendapat pujian dari Soeraja. Di sisi lain Soeraja juga mendapat ilmu melinting dari Dasiyah.
Pada suatu hari, ayah dan ibu dari Dasiyah memutuskan untuk membawa salah satu anak rekan bisnis tersebut untuk dijodohkan dengan Dasiyah. Namun, Dasiyah ragu akan pilihan dari kedua orang tuanya karena Dasiyah ingin bersama dengan Soeraja.
Kembali ke masa kini, Lebas kembali melanjutkan pencarian sosok misterius Jeng Yah. Namun akhirnya ia mendapatkan petunjuk dari Arum (Putri Marino) yang merupakan seorang dokter. Akhirnya dokter Arum dan Lebas bekerja sama untuk menemukan sosok Jeng Yah sebelum ayah Lebas meninggal.
Premis Unik dengan Nuansa Lokal yang Kental
Bukan tanpa sebab serial ini debut di Busan International Film Festival 2023 (4/10) dan sukses memikat atensi masyarakat Indonesia. Serial ini menampilkan sisi lain dari peracikan saus kretek yang akan diolah menjadi sebatang rokok. Kebiasaan mengisap rokok kretek sudah melekat dengan warga lokal sehingga premis yang ditawarkan Gadis Kretek punya daya tarik tersendiri.
Sebagai perwakilan film Indonesia di ajang internasional, Gadis Kretek mengungkap kehidupan pekerja di pabrik kretek, peracikan saus kretek yang khas, dan kisah romansa dengan latar sosial di Jawa. Premis dan latar ini menampilkan “wajah” Indonesia kepada penonton di luar negeri dalam balutan plot asmara.
Potret Diskriminasi Perempuan di Balik Racikan Kretek Serial Gadis Kretek
Menyoroti kehidupan Jeng Yah (Dasiyah) yang merupakan anak perempuan pertama dari Idrus Muria, pebisnis kretek terbesar di kotanya. Meski sukses, Idrus Muria tidak dikaruniai anak laki-laki sehingga Jeng Yah ditunjuk menjadi mandor di pabrik kretek miliknya.
Akan tetapi, status “perempuan” yang disandang Jeng Yah membuatnya mendapatkan diskriminasi di pabrik kretek. Jeng Yah tak diizinkan berkontribusi dalam peracikan saus kretek karena stigma yang keliru tentang perempuan. Sebagai wanita berhati tangguh, Jeng Yah pun berusaha mendobrak batasan yang diberikan padanya.
Tidak hanya menampilkan potret diskriminasi, serial ini juga menyoroti stigma-stigma keliru yang disematkan kepada perempuan. Stigma yang disoroti adalah kedudukan perempuan di tatanan sosial dan rumah tangga, serta perihal pernikahan.
Jeng Yah yang dipercaya untuk mengurus bisnis kretek pun tenggelam dalam pekerjaannya. Alhasil, Jeng Yah belum menikah di usia yang dianggap tua oleh orang-orang di lingkup sosial dan akhirnya selalu digunjingkan. Orang tuanya juga menaruh harapan agar Jeng Yah segera menemukan pujaan hati.
Jeng Yah sebenarnya jatuh cinta pada seorang lak-laki yang tidak sengaja ditemuinya di pasar, yaitu Soeraja. Setelah Idrus Muria mengajak Soeraja untuk bekerja di pabrik, Jeng Yah semakin jatuh hati pada pria itu. Perjalanan cinta mereka pun dimulai di pabrik kretek.
Sinematografi Memanjakan Mata dengan Chemistry yang Kuat
Nilai tambah bagi serial ini terletak pada kualitas sinematografinya yang memanjakan mata dan dibuat sesuai dengan latar waktunya. Selain itu, akting Dian Sastrowardoyo yang memerankan Jeng Yah patut diacungi jempol. Dian mampu membawa karakter Jeng Yah yang ambisius ke dalam dirinya.
Chemistry Ario Bayu (Soeraja) dan Dian juga sangat melekat dalam ingatan penonton, bahkan menambah kesan spesial dalam serial ini. Akting Arya Saloka (Lebas) dan Putri Marino (Arum) juga tak kalah mencuri atensi kala menonton kisahnya.
Gadis Kretek cocok dijadikan tontonan akhir pekan yang berkualitas karena kaya akan nilai budaya, sosial, dan sejarah Indonesia.