Novel Laut Bercerita
laut bercerita menceritakan terkait perilaku kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivitas mahasiswa di masa orde baru. Cerita dalam novel laut bercerita terbagi menjadi dua bagian jarak dan waktu yang jauh berbeda adapun bagian pertama di ceritakan melalui sudut pandang tokoh bernama biru beserta para teman temannya sesama aktivitasnya seraya menyelesaikan visi atau tujuan mereka. Laut gemar membaca berbagai buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang ketika itu peredarannya di larang di indonesia.
Hal itu yang menekatkan dirinya secara diam diam untuk memfotocoppy buku buku tersebut di salah satu tempat yang di sebut sebagai fotocoppy terlarang. Kegiatan laut tidak hanya berdiskusi di organisasinya, ia juga gemar menulis. Laut kerap menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan itu ia kirim agar di muat oleh media cetak harian. laut beserta rekan kerjanya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah di ambil akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut laut beserta teman temannya berdiskusi terlebih dahulu yang di kenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah, awal mula laut dan rekan rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah penghiatan.
Diskusi kwangju yang semestinya berlangsung baik dan lancar justru terlambat karena adanya intel yang secara tiba tiba mendatangi markas mereka. namun, tidak ada yang tahu pelaku yang membocorkan diskusi mereka. Beberapa anggota dari organisasi winatra sedikit menaruh curiga pada Naratama sebab dirinya tidak pernah tampak saat penampakan di lakukan, tetapi itu hanyalah dugaan mereka. Belum di ketahui kebenaran sesungguhnya seperti apa.
Saat penculikan dan penyengkapan itu,mereka memperoleh siksaan yang sangat tidak manusiawi, bisa di katakan sangat sadis dan biadab. Mereka semua di pukuli di siram dengan air es, di setrum, di gantungkan dengan kaki yang berada di atas dan kepala yang berada di bawah, di telengkangkan di atas batangan es yang sangat dingin, serta penyiksaan lainnya.
Sinopsis Novel Laut Bercerita – Alvi Nai’matuz Zulfa – RUANG MENULIS ILMIAH